Salam Perdamaian dalam Ketuhanan

Selamat melihat-lihat isi halaman ini sahabat..

Semoga anda menjadi orang yang dikaruniakan Tuhan akan kesehatan, kebaikan, dan ketenangan jiwa..


Kamis, 01 April 2010

MUSLIM HARUS BERPIKIR


Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran atau mata kuliah wajib yang diberikan kepada siswa dan siswi dari jenjang pendidikan SD sampai SMA, mahasiswa di Perguruan Tinggi pun turut di wajibkan apabila perguruan tinggi tersebut berbasiskan Islam. Sifatnya yang formalitas terkadang membuat siswa jenuh untuk mempelajarinya. Lebih membosankan lagi apabila ada siswa yang bertanya kritis lalu di jawab oleh gurunya, “Ya, Memang gitu nak, ikuti saja”. Contoh pertanyaan kritis tersebut adalah: “Pak, kenapa shalat kok harus 5 waktu?”; ”Pak, Kenapa Islam turun di jazirah Arab?”; ”Pak, kenapa Al-Quran berbahasa Arab?” dan masih banyak pertanyaan lain yang mungkin pernah terbesit di benak pembaca tetapi malu untuk dikeluarkan lantaran takut dicap sebagai orang bodoh, banyak tanya bahkan sesat dan menyesatkan.

Menurut saya pertanyaan-pertanyaan seperti itu sah-sah saja, karena memang faktanya Agama Islam merupakan agama yang rasional. Jika rasional maka pasti ada penjelasan ilmiah dan logis dari setiap perintah yang tersurat dalam Al-Quran maupun Al-Hadist. Namun terkadang penjelasan-penjelasan tersebut ada yang mudah ditemukan manusia dan ada juga yang sulit untuk ditemukan. Dalam hal ini yang harus kita pegang teguh adalah bahwa Islam itu selalu rasional, mungkin manusianya saja yang belum mencapai tingkat rasionalitas tersebut sehingga kerap kali belum menemukan makna-makna dari segala perintah Tuhan.

Berikut akan saya paparkan penjelasan mengenai ”Mengapa shalat harus 5 waktu” yang ditulis oleh Rajendra Kartawiria dalam bukunya dengan judul Raih 5 Mukjizat Setiap Hari. Pemaparan berikut saya ringkas hanya di Bab I nya saja agar dalam diri pembaca timbul rasa penasaran.

Waktu-waktu shalat adalah waktu bagi manusia untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan harian yaitu sebagai berikut :

1. Saat terjadi perubahan cahaya dari gelap ke terang, maka adaptasi dilakukan melalui ritual shalat shubuh.

2. Saat terjadi penurunan radiasi, maka adaptasi dilakukan melalui ritual shalat Zuhur.

3. Saat terjadi suhu yang tinggi, maka adaptasi dilakukan melalui ritual shala ahar.

4. Saat terjadi perubahan cahaya dari terang ke gelap, maka adaptasi dilakukan melalui ritual shalat magrib.

5. Saat otak mulai terpengaruh net radiasi negatif, maka dilakukan nadaptasi melalui ritual shalat Isya.

Mungkin pembaca bertanya, “ Apa hubungan perubahan kondisi lingkungan harian bagi manusia?”

Secara singkat dan menghindari penjelasan melebar, jawabannya adalah : “Mengganggu tingkat kesadaran otak, tingkat produksi hormon dan koordinasi antara otak dengan sel-sel tubuh.”

Disini jelaslah bahwa shalat 5 waktu yang kita tunaikan ialah sebagai adaptasi kita terhadap perubahan kondisi lingkungan harian agar kita bisa tetap bugar dan fit sepanjang hari.

Mungkin pemaparan singkat diatas kurang memuaskan pembaca, karena memang tugas pembaca lah untuk mengggali lebih lanjut apa-apa yang membuat tanda tanya dalam diri pembaca sendiri. Diakhir tulisan, saya mengajak agar semua muslim metika membaca sebuah perintah di dalam Al-Quran dan Al-Hadist untuk kemudian dipikirkan apa maknanya, apa manfaatnya, apa tujuannya. Al-Quran telah jelas memerintahkan kita untuk membaca dan kemudian dalam banyak ayat. Tuhan memerintahkan kita untuk berpikir, berpikir dan berpikir.

Ayat membaca : Al-Alaq 1-6 dan An –Nahl 96

Ayat yang menyuruh berfikir : Ar-Ra’du 3, Az-Zumar 42, Al-Jatziyah 13, Al-Baqarah 219 dan 242, Al-An’am 151, Yusuf 2, Al-Mukmin 67, Az-Zukhruf 3, Al-Hadid 17, An-Nahl 44 serta Al-Hasyr 21.

Ayat yang menganjurkan untuk memikirkan :

- Kejadian alam : Ali Imran 191;

- Diri manusia : Ar-Rum 8 dan Adz-Dzariyat 21;

- Makhluk Allah : Al-A’raf 185.

(klasifikasi ayat ini saya dapat dari buku Jurnalistik Tujuh Menit karya Martin Moentadhim S.M.)

Saya yakin jika seorang muslim dibiasakan untuk berpikir, berpikir dan berpikir maka kemajuan ekonomi, IPTEK, budaya dan sebagainya akan menjadi milik dunia Islam. Saya yakin seyakin yakinnya. Wassalam.

Kamis, 18 Maret 2010

Bapak dan Ibu, Baca Ini !


Hari Jumat, 18 Maret 2010 merupakan hari ke-4 saya di Kota Bandung. Kota yang menjadi saksi bisu kelahiran saya dari seorang Ibu yang begitu gigihnya menahan rasa sakit di dalam perutnya untuk mempertahankan sebuah jiwa, kota yang dengan segala gejala dan pergaulan sosialnya yang telah membentuk sebuah pola pikir yang tertanam di dalam benak saya sampai hari ini, dan kota yang dengan segala kisah di dalamnya telah menjadikan seorang anak manusia mampu bertahan dan merenungi kehidupan dalam kesendirian di kota perantauannnya.

Selepas Adzan magrib saya dengan seorang kawan, yang juga saat itu baru pulang dari kota perantauan, berangkat menuju pusat kota untuk bersilaturahim dengan kawan-kawan lama. Kawan-kawan yang telah menjadi tempat saling berbagi ketika SMA dulu. Hujan yang mengguyur kota bandung disertai dinginnya suhu saat itu membuat kami berinisiatif untuk membeli mie bakso yang dijual di warung depan. Dengan penuh kemantapan dan atas dasar kesadaran sendiri semua kawan saya mulai mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya dan membakarnya dengan korek api gas seharga seribuan. Tanpa mempedulikan kontrovesi haramnya rokok, mereka terus membuat kepulan-kepulan asap beracun melambung ke udara, sambil sesekali memakan bakso yang telah mereka pesan. Saya sendiri konsentrasi dengan bakso santapan saya dan mau tidak mau menikmati menjadi seorang perokok pasif.

Diakhir acara menyantap bakso bersama di salah satu sudut kota bandung tersebut, kami melanjutkan acara untuk berbagi cerita yang telah terpendam selama 3 bulan sejak terpisahnya kami ke tanah rantau masing-masing. Ada yang becerita mengenai kehidupannya di kampus, kehidupannya di tanah rantau, misteri, wanita dan seks. Di sela-sela kesibukan menjadi pendengar setia cerita kawan-kawan tersebut, saya meminjam handphone salah satu kawan saya dan mengeksplorasi file gambar di dalamnya. Ada sesuatu yang mengejutkan bagi saya di sana. Ternyata saya mendapati kawan saya tersebut, bersama 2 orang kerabat kuliahnya berfoto bersama dengan seorang wanita cantik berpakaian sexy di sebuah tempat karaoke di daerah Braga dengan beberapa botol minuman keras di meja.

Tanpa bermaksud mencampuri urusan pribadi kawan saya tersebut, saya memberanikan diri untuk bertanya asal-usul foto tersebut. Setelah melakukan sedikit wawancara, ternyata wanita yang berada di foto tersebut adalah seorang Pekerja Seks Komersial di sebuah tempat karaokean plus plus di kota Bandung. Wanita tersebut berumur sekitar 25 tahun dan kawan-kawan saya barulah berumur 19 tahunan. Sungguh hal yang bertentangan, seharusnya yang lebih tua menjadi contoh bagi yang muda, ini malah menjadi partner bagi keburukan bersama. Kawan saya pun menuturkan bahwa harga yang di keluarkan untuk mendapatkan wanita tersebut bisa di bilang murah yaitu Rp 250.000,00 sudah termasuk fasilitas karokean dan minuman beralkohol. Tapi harga tersebut tidaklah memperkenankan pelanggan untuk menyelup sang PSK tetapi hanya sekedar ciuman, raba-raba dada, peluk-peluk tubuh dan berfoto mesra.

Ada sebuah rasa haru di dalam diri saya ketika mengetahui hal ini. Kabar dari perantauan yang mengatakan bahwa anak-anak Bandung itu pergaulannya bebas bukan hisapan jempol belaka. Di atas adalah salah satu contohnya, belum lagi beberapa (bisa dikatakan banyak) pengakuan kawan saya di SMA dulu yang menyatakan dengan penuh kesadaran bahwa dia telah melakukan hubungan badan, ciuman, memeluk dan hal-hal sejenis dengan pasangannya di kostan, rumah orang tua bahkan di mobil pribadi. Saya tahu bahwa bukan Kota Bandung saja yang seperti ini, masih banyak kota-kota lain di negeri ini yang pemudanya melakukan hal-hal serupa, haya saja Kota Bandung dengan kecantikan pemudi-pemudinya selalu menjadi sorotan media masa dan maniak film bokep di dunia maya maupun nyata.

Menyadari hal ini saya sebagai anak dari ibu bapak saya, dan anak dari Indonesia Yang Mulia ini, berharap kepada semua bapak ibu di tanah indonesia agar menjaga kami, anak-anak anda, secermat-cermatnya tanpa menghilangkan hak-hak kebebasan yang semestinya kami peroleh. Jagalah kami dengan pemahaman ilmu agama yang dalam, jagalah kami dengan suri tauladan dari bapak ibu sekalian, jagalah kami dengan menaruh perhatian terhadap teman-teman sepergaulan kami, jagalah kami dengan mencermati konsumsi informasi yang kami peroleh, dan jagalah kelancaran komunikasi antara ibu dan bapak dengan kami, tanpa menghalangi kebebasan kami dalam bergaul dan mengembangkan minat.

Saya yakin dengan penjagaan yang secermat-cermatnya dari ibu dan bapak maka akan tercetaklah benih-benih unggul yang nantinya akan berkembang menjadi tanaman-tanaman muda indonesia yang siap menyelimuti negeri ini dengan kemuliaan dan kesejahteraan. Semoga Kemuliaan Indonesia akan segera tumbuh di saat krisis seperti ini, maafkan saya ini bila banyak menggunakan kata-kata yang kurang pantas. Akhir pesan saya :

INDONESIA AKAN MULIA JIKA PEMUDANYA MULIA

Selasa, 16 Maret 2010

BUAT APA SEMANGAT IBADAH MENJELANG UJIAN


Ibu saya pernah berkata kepada adik saya, “ De, bulan Mei kamu akan menghadapi UN, lihat tuh temen kamu aja bangun jam 4 dini hari untuk shalat tahajud terus belajar, soalnya kakak nya sukses semua setelah melakukan itu.” Adik saya ini sekarang kelas 6 SD dan menurut berita yang ada akan menghadapi Ujian Nasional pada awal Mei 2010, tetapi yang saya amati selama ini adalah bahwa pelajaran yang ia pelajari disekolah hanyalah semata-mata untuk menghadapi ujian sekolah dan ujian sekolah. Yang ada adalah pembodohan manusia kecil dengan kefasihan mereka menghapal teks-teks matematika, IPS, IPA, Agama, PKN dan sebagainya. Seharusnya pelajaran ini diubah menjadi kata pendidikan, biarpun matematika sekalipun seharusnya kita sebut dan perlakukan sebagai pendidikan. Pendidikan itu mengubah pola pikir, cara hidup, dan kedewasaan seseorang dari mulai nol sampai tingkat tertentu. Dan menghapal hanya menjadikan manusia berfikir secara tekstual tanpa memberi kesempatan bagi otak untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan lain dan mengembangkan kreativitas. Jadi saya sangat menyayangkan jika motivasi awal para pelajar dewasa ini ketika menghadapai Ujian Nasional adalah ‘menghapal agar bisa menghadapi ujian’. Oleh karena itu, saya berharap agar semua pelajar di Indonesia mengubah motivasi awal nya dalam mengahadapi ujian sekolah dalam bentuk apapun menjadi : belajar agar paham guna memajukan pola pikir, meningkatkan cara hidup, dan mematangkan kedewasaan serta menambah wawasan.

Yang akan saya bahas lebih lanjut sebenarnya kata-kata ibu saya tersebut yang pada intinya mengajarkan kepada anaknya agar mendekatkan diri kepada Tuhan ketika akan menghadapi ujian. Memang secara fitrah manusia akan mendekatkan diri kepada Tuhan ketika ia akan menghadapi ujian. Saya jadi teringat masa SMA dahulu, begitu penuhnya mushala kami yang kecil dengan siswa kelas III yang akan menghadapi ujian. Hal ini berlaku musiman, hanya terjadi ketika menempuh kelas III dan ketika menginjak ke semester 2. Saya pun termasuk orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan secara musiman tersebut. Dengan semangat menggebu untuk mendapatkan PTN Favorit di kota bandung saya lakukan shalat Tahajud setiap malamnya, saya lakukan shalat Dhuha setiap paginya, bahkan saya lakukan puasa daud sebelum menghadapi ujian. Obsesi begitu amat tinggi dan tentu saja hal ini saya barengi dengan persiapan material seperti les di lembaga pendidikan terkenal di kota Bandung, mengikuti tambahan pelajaran di sekolah, dan berdiskusi pelajaran dengan teman. Tahukah anda apa yang terjadi ketika saya menghadapi SNMPTN , tidak ada satupun pilhan saya yang lolos dalam tes tersebut, yang ada hanyalah kekecewaan dan kemurkaan, lebih-lebih melihat mereka, yang dinilai secara subjektif oleh para siswa sebagai orang yang santai dalam mengahadapi SNMPTN tetapi berhasil lolos dalam pilihannya.

Setelah kejadian tersebut saya tinggalkan semua ibadah sunah yang pernah saya lakukan, tahajud itulah, dhuha itu lah dan puasa daud itulah, SAYA TINGGALKAN SEMUA. Ini bentuk kekecewaan saya dan perenungan bahwa toh mereka yang tidak beribadah seperi saya ini tetap saja dapat mendapatkan PTN Favorit impiannya. Saya lantas berfikir, apakah memang Tuhan tidak mendengarkan doa saya? Apakah Tuhan tidak bisa mendengar? Apakah Tuhan memang memiliki kuasa untuk menjadikan sesuatu?

Semua kemelut dan pertanyaan dalam otak saya yang telah jenuh dengan kegagalan akhirnya terjawab setelah saya diterima dan menjadi perantau di sebuah Perguruan Tinggi Kedinasan di Bali. Menjadi anak kostan dengan minimnya hiburan di dalamnya menajadikan saya menjadi intens untuk membuka pustaka-pustaka islami dan motivasi yang saya bawa dari Bandung dan yang paling terutama adalah Al-Quran.

Setelah saya membaca pusataka-pustaka tersebut dan menghubungkan dengan kegagalan saya selama ini, maka saya membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

PERTAMA, ada kesalahan dalam niat saya ketika melakukan ibadah –ibadah tersebut. Saya selama itu dan sebanyak melakukan ibadah itu ternyata telah membuat sebuah niat yang mungkin mencemburui Tuhan. Betapa tidak niat saya adalah mendapatkan kelulusan, bukan Ridha Tuhan Yang Maha Esa. Dalam buku yang telah saya baca entah halaman berapa dan buku apa, saya lupa, menyatakan bahwa dalam melakukan sebuah Ibadah hal yang terpenting adalah niat, dan niat yang terbaik adalah menggapai Ridha Tuhan. Saya telah mengabaikan hal ini dan ketika saya gagal, saya menjadi tidak ridha dengan kegagalan tersebut, bahkan saya semakin jauh dari Tuhan (dalam arti positif). Jadi pada intinya apabila kita menjadikan Ibadah (termasuk doa) kita selama ini dengan niatan awal menggapai kehidupan duniawi maka bersiaplah dikecewakan dunia, dan apabila kita menjadikan ibadah kita selama ini dengan niatan menggapai ridha Allah maka kita pun akan siap untuk ridha menerima hasil yang Tuhan berikan. Kesimpulan saya ini bukanlah sebuah hipotesa saja, karena sudah saya praktikan dalam kehidupan saya, dan Ibadah saya terasa menjadi lebih ringan, ikhlas dan tidak melekat kepada hal-hal keduniawian.

KEDUA, adalah kesalahan saya untuk tidak mempercayai bahwa Tuhan pasti memberikan yang terbaik pada umatnya. Saya tidak percaya ini dan kehidupan saya menjadi penuh kekecewaan setelah gagal menghadapi ujian. Saya berharap kepda pembaca agar percaya sajalah kepada hal ini, percayalah bukan hanya sekedar percaya, tetapi benar-benar percaya. Buktinya setelah ditolak oleh PTN Favorit saya diterima oleh PTK Favorit. Jika di PTN saya harus merogoh kocek jutaan rupiah untuk iuran semester, uang seragam, uang praktik dan uang-uang lain berkenaan dengan pendidikan. Di PTK saya hanya merogoh kocek untuk biaya hidup, semua hal-hal berkenaan tentang pendidikan di tanggung oleh negara. Ini merupaka pilihan terbaik yang diberikan oleh Tuhan dalam kehidupan saya, mengingat pada saat itu keluarga saya sedang mengalami krisis finansial. Begitu adilnya kan Tuhan, maka percaya sajalah.

KETIGA, saya tidak menyediakan waktu luang untuk melihat dan menikmati proses kehidupan ini. Begitu gigihnya saya dalam beribadah dan belajar sampai-sampai lupa untuk menjaga kesehatan saya, yang ada hati menjadi kacau beliau. Jasmani yang terganggu karena obsesi dalam melakukan Ibadah dan belajar telah menjadikan ada sebuah ketidak tenangan dalam hati saya. Hiburan yang terbengkalai membuat hati saya beku akan keindahan dunia ini dengan segala kemajuan dan perbedaanya. Saya jadi ingat kata-kata seorang guru zen, “ kehidupan akan di penuhi kebahagiaan jika kita meluangkan waktu kita untuk menikmati proses kehidupan serta menjaga keseimbangan kehidupan jasmani, kehidupan rohani dan kehidupan materi.”. Inilah kalimat yang telah mencerahkan saya dalam menjalani kehidupan ini.

KEEMPAT, saya belum memantaskan diri untuk mendapatkan doa yang saya panjatkan. Saya berdoa tetapi saya tidak belajar seperti mahasiswa PTN Favorit tersebut, saya tidak berpola pikir seperi mahasiswa PTN Favorit tersebut dan saya juga tidak sesemangat seperti mahasiswa PTN Favorit tersebut. Dan tentulah, apakah saya pantas berada di PTN Favorit tersebut?. Saya kerap kali menyalahkan Tuhan atas nasib yang saya terima. Dan saya tercerahkan bahwa Tuhan memberikan kita kebebasan seluas-luasnya untuk menentukan nasib kita sendiri asalkan kita memantaskan diri kita untuk nasib tersebut. Seperti aya Al-Quran :

“(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu ni'mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri , dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (AL-Anfal: 53)

Saya jadi teringat dengan kekasih (yang telah menjadi sumber inspiasi saya) yang berargumen tentang makna keajaiban. Dan saya simpulkan bahwa keajaiban akan Tuhan berikan kepada kita selaku hambanya khusus kepada kita yang telah memantaskan diri untuk mendapatkan keajaiban tersebut.

Itulah kesimpulan-kesimpulan yang telah saya paparkan. Pada akhirnya akhirnya saya sadar menjadi sesadar-sadarnya bagaimana cara menghadapi sebuah kegagalan dalam kehidupan ini. Tentu di atas adalah pemaparan tentang ujian sekolah tetapi saya yakin bahwa hal ini akan relevan untuk menghadapi semua ujian-ujian dalam kehidupan kita ini. saya sendiri bukanlah seorang Rohis yang dengan semangat keTuhanan dapat mengahapal ratusan ayat-ayat Al-Quran dan mengeluarkannya ketika membuat sebuah kajian, saya sendiri bukan seorang alim yang begitu semangatnya menjaga nilai-nilai kehidupan seperti yang sudah disuratkan AL-Quran dan Al-Hadist, saya juga bukan seorang yang berpendidikan tinggi dan berotak cerdas yang dengan mudahnya menggunaka kata-kata ‘mewah’ dalam membuat kajian. Karena saya adalah saya, dengan segala kelemahan dan kelebihan, yang hanya berusaha menghubungkan kehidupan yang lalu dengan isyarat-isyarat Tuhan, dan berharap agar menjadi manfaat bagi semua manusia di bumi ini.

Sabtu, 23 Januari 2010

The 3rd International Youth Moslem Gathering


The Union of NGOs of The Islamic World (UNIW) telah sukses menggelar The 3rd International Youth Moslem Gathering(Pertemuan Pemuda Islam Internasional Ketiga) di Jakarta, Depok, dan Bandung pada 17-24 Januari 2010. Pertemuan yang dihadiri oleh 150 peserta dari 22 negara itu, akhirnya menghasilkan 9 butir deklarasi.

1. Menyatakan umat Islam sebagai satu kebangsaan (The Muslims are one nation).

2. Hak asasi dan kebebasan pendidikan tanpa membedakan etnik, RAS, jender dan bahasa (The right of just and free education without any kinds of discrimination based on ethnicity, race, gender and language).

3. Meningkatkan empati, bekerja sama dan berkoordinasi di antara seluruh Negara muslim (Emphasize the necessity of full coorperation and coordination among the muslim contries).

4. Mengembangkan model sistem pendidikan baru termasuk model alternatif yang berdasarkan pada prinsip Islam sebagai jawaban yang baik untuk antologi, epistomologi, dan krisis metodologi menghadapi moderenisasi dan budaya barat. Itu semua, berawal dari konferensi pemuda muslim (Developing a new kind of education system including alternatives modal based on Islamic principles that is the best answer to ontological, epistemological and methodological crisis that started with modernity and westernization at the consciousness of muslim youth).

5. Saling mengintegrasikan keuntungan pendidikan di antara Negara muslim dalam bidang penelitian, teknologi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Di antaranya dengan program pertukaran pelajar, beasiswa, seminar internasional, olimpiade ilmu pengetahuan untuk pemuda muslim. (integration of Islamic values in education, research, and technology for the best quality of education with programs student exchange, scholarship, international symposium, muslim youth international science Olympic).

6. Sangat penting mengambil bagian dalam pengembangan kebijakan politik baru dari pemerintah di negara islam untuk kemajuan organisasi pemuda yang aktif mengikuti kebijakan. (Emphasize importance of developing new policies of the governments in Islamic countries to develop youth organization to take active roles).

7. Hentikan infasi di Palestina, Irak, Afganistan dan Nogarno Karabagh. Dan juga mencari solusi untuk menyelasaikan konflik di Yaman, Darfur, Kasmir, Moro, Somalia, Patani dan Cecnya.

8. Hentikan diskriminasi dan pobia terhadap islam, kebijakan politik yang tidak berpihak pada komunitas islam di Negara-negara barat. Meminta, pemerintah Negara barat untuk mengambil tindakan yang rasional menghentikan situasi ini (Stop discrimination and islamphobic activities, politics, and manners against muslim communities in the western world. It Demands western governments to take reasonable actions for ending thi situation).

9. Menjadikan perempuan sebagai pendidikan pertama umat. Mengadvokasi untuk menjamin hak asasi perempuan, dari propaganda media masa yang menyatakan perempuan sebagai ibu rumah tangga memiliki kedudukan rendah di masyarakat. Harus menjaring kerja sama dengan organisasi wanita internasional, untuk pendidikan perempuan yang lebih baik. Memberikan pelatihan kewirausahaan untuk perempuan yang membutuhkan dan memberikan dukungan dalam kehidupan keluarga, memberikan beasiswa untuk perempuan agar bisa meningkatkan perannya di keluarga sehingga lebih berkualitas. (Women as the first school of ummah: Advocacy for guaranteeing woman right, mass media propaganda for role of woman at family have smallest entity on civilization, women NGO’s networking to better education for woman, entrepreneurship training for addressing woman needs and supports family life, scholarship for women to improve the family life quality).

Diharapkan dengan adanya 9 butir deklarasi ini, pemerintah negara islam, pemerintah dengan penduduk mayoritas muslim, dan pemerintah dengan minoritas muslim dapat menjadikan deklarasi ini sebagai acuan dalam mengambil kebijakan.

Dengan deklarasi ini pula, diharapkan konflik di negeri-negeri Islam dapat diselesaikan dengan segera, persepsi negatif masyarakat dunia akan islam dapat dilunturkan, dan seluruh umat islam di dunia dapat bersatu padu sebagaimana hakekatnya bahwa semua muslim adalah bersaudara.

Lihat berita lengkap di : http://www.republika.co.id

Jumat, 22 Januari 2010

Kabar Gembira : ISLAM


Islam telah menjadi mata pelajaran di sekolah umum jerman, ini merupakan berita menggemberikan bagi umat muslim se- dunia. Faktanya , beberapa dekade yang lalu Islam telah dianggap sebagai pendatang oleh pemerintah Jerman, tetapi kini Islam telah diakui sebagai bagian dari identitas bangsa Jerman. Islam telah dikemas menjadi hal yang amat menarik bagi para pelajar Jerman baik itu pelajar muslim maupun non muslim. Sehingga Islam telah dianggap sebagai agama yang memberikan nilai-nilai positif bagi para pelajar Jerman untuk menjalankan kehidupan sehari-hari.

Berita-berita di media masa pada umumnya selalu saja memberitakan kekerasan, terorisme, peperangan,dan demonstrasi dalam kehidupan Islam. Padahal banyak sekali nilai-nilai kebaikan universal yang dapat kita ambil dari ajaran Islam. Kita ambil contoh sederhana saja, seperti yang kita ketahui bahwa salah satu kewajiban seorang muslim adalah menunaikan shalat shubuh (dilaksanakan sekitar pukul 04.30), dengan kebiasaan ini seorang muslim secara langsung telah melaksanakan suatu terapi bagi kesehatan paru-paru. ( bisa lihat artikel ini :http://kesehatan.kompasiana.com/2009/12/25/gaya-hidup-sehat-islami/). Kebiasaan bersiwak, berwudhu, shalat berjamaah di masjid 5 waktu, berdoa sebelum melakukan rutinitas, merupakan contoh-contoh kecil dari ajaran Islam yang begitu besar pengaruhnya dalam kehidupan.

Islam jelas-jelas tidak mengajarkan ekstrimisme dan terorisme. Adapun kekerasan yang terjadi di dunia Islam dewasa ini dikarenakan oleh kewajiban untuk membela diri, dan bukan kewajiban menghancurkan agama atau keyakinan umat lain. Berikut ini beberapa ajaran Al-Quran dan Al-Hadist yang mengajarkan toleransi dan bukan ekstrimisme.

1. Dan janganlah kamu memaki-maki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah.” (Qur’an Al An’aam VI:108)

Ayat ini mengajarkan kepada umat Islam untuk menjaga lidahnya agar tidak memaki kepercayaan agama-agama lain di dunia. Tidak jarang di dunia online dan offline kita menemukan saudara muslim kita yang sangat gencar memaki Agama lain, dan saya harap kepada saudara non-muslim untuk memakluminya, karena mereka berada pada ketidak tahuan. Islam adalah agama damai.

2. “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam, memuliakan tamunya, BERBUAT BAIK KEPADA TETANGGA dan menyambung tali silaturrahim.”
(Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

Tetangga yang dimaksud pada ayat ini adalah tetangga muslim mapun non muslim, tamu muslim maupun non muslim dan silaturrahim kepada muslim maupun non-muslim.sekali lagi ini membuktikan bahwa Islam itu agama damai.

3. Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) JANGANLAH KAMU MELAMPAUI BATAS, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al Baqarah II:190)

Peperangan yang terjadi di dunia Islam sejatinya adalah untuk mempertahankan diri. Bukan untuk saling memusuhi agama lain.Kita lihat saja bukti sejarah yang mencatat bahwa pada masa kejayaan Islam beberapa abad yang lalu, ketika Khilafah Islamiyah menaklukan suatu negeri, belum pernah ada catatan pembantaian umat selain Islam di negeri yang ditaklukan bahkan mereka dijamin haknya untuk beribadah menurut kepercayaannya masing-masing. Sekali lagi, Islam cinta damai.

4. “Dan jikalau Tuhan-mu berkehendak, tentulah beriman semua orang yang (ada) di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya…?” (QS. Yunus : 99)

Seorang muslim tidak diperbolehkan memaksa non muslim untuk memeluk agamanya. Tidak boleh memaksakan dengan cara apapun dan dengan alasan apapun.Inilah bukti bahwa Islam cinta damai.

Poin-poin di atas hanyalah sedikit dari ajaran Agama Islam yang mengajarkan cinta damai. Semoga masyarakat dunia yang memahami Islam sebagai agama kekerasan dapat melunturkan persepsi tersebut, dan mulai mempelajari Islam sebagai sebuah ajaran yang mengajarkan kebaikan universal.


Minggu, 17 Januari 2010

JANGAN JADI SEMBARANGAN

“KALAU ANDA BUKAN ORANG SEMBARANGAN, JANGANLAH BUANG-BUANG SAMPAH SEMBARANGAN !”,JOGER 190983

Inilah kalimat yang menarik sekaligus menggelitik hati saya. Tertulis pada sebuah plat pengumuman yang lebih mirip rambu lalu lintas yang biasa terpajang di pinggir jalan. Tetapi rambu ini tidaklah terpajang di pinggir jalan seperti rambu pada umumnya, melainkan terpajang di lapangan olahraga besar nan luas ditengah kota Denpasar. Disaat saya jenuh memperhatikan aktivitas manusia di lapangan tersebut, disaat saya jenuh melihat tanda-tanda peringatan umum semisal “ DILARANG BUANG SAMPAH DISINI”, “DILARANG BERJUALAN DISINI” tentu hal ini merupakan hiburan tersendiri bagi saya.

Membuang sampah, baik itu sampah kecil maupun sampah besar, sampah organik maupun sampah anorganik, sampah “buatan sendiri” maupun buatan pabrik merupakan pekerjaan biasa yang dikerjakan semua manusia tentunya. Bicara masalah manusia, sosok ini merupakan salah satu spesies yang biasanya senang dengan hal-hal besar dan melupakan hal-hal kecil. Senang dengan keuntungan-keuntungan besar dan mencampakan keuntungan-keuntungan kecil, lebih akrab dengan orang-orang besar dan ketus terhadap orang-orang kecil, lebih fokus terhadap detail-detail besar dan lupa akan detail –detail kecil. Begitu juga perlakuan mereka terhadap sampah, spesies ini berkecenderungan terketuk hatinya untuk membuang sampah-sampah besar, dan menganggap sepele sampah-samapah kecil yang mereka buang. Mereka beranggapan bahwa hal-hal kecil yang mereka buang tidak akan berdampak terlalu besar bagi kebersihan lingkungan bumi ini. Padahal mungkin spesies ini sudah diberi tahu guru-guru TK nya, SD nya, SMP nya, SMA nya, Dosen nya, Guru Agama nya bahwa membuang sampah, terutama sampah yang kecil saja, maka kita akan mendapatkan kebaikan-kebaikan dari Tuhan. Owh.. mungkin spesies bernama manusia ini lupa dikarenakan kesibukannya mengejar hal-hal besar.

Seharusnya mereka sadar bahwa dengan membuang sampah-sampah kecil itu, berarti mereka telah menjadikan diri mereka menjadi ORANG SEMBARANGAN. ORANG SEMBARANGAN yang siap ditempatkan oleh Tuhan ditempat SEMBARANGAN, yang keadaanya SEMBARANGAN pula. Karena mereka pada saat itu,MENJADI SAMPAH SEMBARANGAN YANG AKAN DIBUANG DI TEMPAT SEMBARANGAN.


Rabu, 13 Januari 2010

Ferry Fadillah: Peraturan Hidup Pria Wanita

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Selamat pagi

Semoga Anda diberi kesehatan yang berlimpah pada hari yang indah ini dan..

Semoga anda menjadi pribadi –pribadi yang Allah SWT izinkan untuk mendapatkan kesuksesan dalam kehidupan ini. Amin.

Saudaraku sekalian

Kemarin malam (13 Januari 2010) saya telah di-tag oleh seorang teman saya di dalam 2 buahnotes yang berjudul dg link http://www.facebook.com/notes/siti-aliyah-hani-sunarya/pacaran-vs-taaruf/246195271727 dan http://www.facebook.com/notes/siti-aliyah-hani-sunarya/copas-dr-temen-soalnya-mnggugah-hati-dan-pikiran-bngt-/246215266727. Saya juga telah berkesempatan untuk berdialog dengan beberapa sahabat saya perihal masalah pacaran dan taaruf ini. Terima kasih saya ucapkan kepada mereka.

Pada notes ini saya tidak akan berpanjang lebar membahas mengenai masalah pacaran dan ta’aruf. Tapi saya akan membahas mengenai aturan hubungan antara pria dan wanita.

Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah SWT ialah sebagai objek dari berbagai taklif (objek hukum). Sehingga jelas dalam menjalani kehidupan ini maka manusia baik pria maupun wanita tidak bisa terlepas dari Hukum-Hukum Allah.

Pria dan Wanita diciptakan Allah SWT dalam wujud yang sama sebagai manusia, dan tentu memiliki kebutuhan dasar yang sama, naluri dasar yang sama, perasaan-perasaan dasar yanng sama dan sebagainya. Sehingga sungguh tidak tepat apabila kita mendiskriminasi wanita atau pria, karena toh pada hakikatnya mereka adalah sama.

Orang barat denga ideologi kapitalisme-sekulernya dan orang timur dengan ideologi komunis sosialisnya.Telah menjadikan hubungan antara pria dan wanita sebagai hubungan seksual semata. Mereka beranggapan bahwa hasrat seksual mereka harus dipenuhi, jika tidak maka akan timbul berbagai macam masalah(kesehatan, psikologi, dll). Sehingga umumnya mereka memenuhi hasrat-hasrat seksual agar terhindar dari masalah dengan berbagai macam cara.

Pandangan-pandangan ini tentulah tidak Islami. Agama islam memandang hubungan antara pria dan wanita terfokus kedalam tujuan semula yaitu untuk melestarikan keturunan. Sehingga dalam memenuhi tujuan ini, kita akan terhindar dari hubungan yang hanya memenuhi kebutuhan seksual semata. Dan tentu cara pencapaian tujuan melestarikan kehidupan ini hanya terfokus pada kehidupan suami istri bukan selain itu. Ayat-ayat Al-Quran telah datang dengan memfokuskan maknanya pada kehidupan suami-istri. Sehingga jelas di dalam Al-Quran bahwa naluri-naluri untuk melestarikan keturunan seharusnya ada pada hubungan suami-istri saja. Anda bisa membuka surat-surat berikut ini : An-Nisa : 1, Al-Araf : 189, An-Nahl :72, Ar-Rum : 21, Asy-Syura : 11, QS An Najm : 45-46.

Kita masuk ke permaslahan ke-2. Jika naluri manusia bangkit maka ia akan memerlukan pemuasan. Sebaliknya apabila naluri manusia tidak bangkit maka ia tidak memerlukan pemuasan. Menurut Taqiyuddin an-Nabhani dalam bukunya An-Nizham Al-Ijtima’i fi Al-Islam naluri bisa bangkit apabila ada fakta yang dapat diindera dan pikiran yang dapat mengundang makna-makna. Sekarang lihatlah budaya masyarakat kita hari ini. Di negara yang mayoritas muslim ini, pola hidup ala barat telah mengakar kuat dan meracuni masyarakatnya. Bagaimana tidak, susahnya bukan main untuk tidak melihat “fakta yang dapat diindera” dan “pikiran yang dapat mengundang makna-makna”. Misal saja keadaan di mal, pesta, pasar, tempat pendidikan, diskotek, tempat renang, permainan-permainan, Televisi, Internet dan lain sebagainya. Sehingga untuk menghindari ini semua jelas wanita harus hidup ditengah komunitas wanitanya dan pria harus hidup ditengah komunitas prianya.

Islam dengan segala kesempurnaanya telah memiliki aturan kehidupan antara pria dan wanita. Masih menurut An-Nizham Al-Ijtima’i fi Al-Islam yang ditulis oleh Taqiyuddin an-Nabhani, Hukum-hukum tersebut banyak sekali jumlahnya. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, Islam telah memerintahkan kepada manusia, baik pria maupun wanita, untuk menundukkan pandangan. Allah SWT berfirman:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman,’Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya;
yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Dan katakanlah
kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya…
” (TQS an-Nûr
[24]: 30-31)

Kedua, Islam memerintahkan kepada kaum wanita untuk mengenakan pakaian secara sempurna, yakni pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan kedua telapak tangannya. Mereka hendaknya mengulurkan pakaian hingga menutup tubuh mereka. Allah
SWT berfirman :
Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan
kain kerudung ke dadanya...
” (TQS an-Nûr [24]: 31)
Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min, ‘Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”
. (TQS al-Ahzâb
[33]: 59)

Ketiga, Islam melarang seorang wanita melakukan safar (perjalanan) dari suatu tempat ke tempat lain selama perjalanan sehari semalam, kecuali jika disertai dengan mahram-nya. Rasulullah SAW bersabda:
Tidak halal seorang wanita yang beriman kepada Allah dan Hari
Akhir melakukan perjalanan selama sehari semalam, kecuali jika
disertai mahram-nya
.” (HR Muslim).

Keempat, Islam melarang pria dan wanita untuk berkhalwat (berdua-duaan), kecuali jika wanita itu disertai mahram-nya. Rasulullah SAW bersabda:
Janganlah sekali-kali seorang pria dan wanita berkhalwat, kecuali
jika wanita itu disertai mahram-nya
.” (HR Bukhari).

Ibn ‘Abbas menuturkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah
SAW berkhutbah sebagai berikut:
Janganlah sekali-kali seorang pria berkhalwat dengan seorang
wanita kecuali jika wanita itu disertai seorang mahramnya. Tidak
boleh pula seorang wanita melakukan perjalanan kecuali disertai
mahram-nya. Tiba-tiba salah seorang sahabat berdiri dan berkata,
‘Wahai Rasulullah SAW, sesungguhnya istriku hendak pergi
menunaikan ibadah haji, sedangkan aku sudah ditugaskan ke
peperangan anu dan anu.” Rasulullah SAW menjawab, ‘Pergilah
engkau dan tunaikan ibadah haji bersama istrimu.
” (HR Muslim)

Kelima, Islam melarang wanita untuk keluar dari rumahnya kecuali seizin suaminya, karena suami memiliki hak atas istrinya. Maka tidak dibenarkan seorang istri keluar dari rumah suaminya kecuali atas izinn suaminya. Jika seorang istri keluar tanpa seizin suaminya, maka perbuatannya termasuk ke dalam kemaksiatan, dan dia dianggap telah berbuat nusyûz (pembangkangan) sehingga tidak berhak mendapatkan nafkah dari suaminya.

Keenam, Islam sangat menjaga agar dalam kehidupan khusus komunitas wanita terpisah dari komunitas pria; begitu juga di dalam masjid, di sekolah, dan lain sebagainya. Artinya, Islam telah menetapkan bahwa wanita hendaknya hidup di tengah-tengah kaum wanita, sedangkan seorang pria hendaknya hidup di tengah-tengah kaum pria. Islam juga telah menetapkan bahwa, shaf (barisan) shalat kaum wanita berada di bagian belakang shaf shalat kaum pria. Islam juga mendorong wanita agar tidak berdesak-desakan dengan pria di jalan dan di pasar. Islam pun menetapkan bahwa kehidupan para wanita hanya bersama dengan para wanita atau mahram-mahram mereka. Maka seorang wanita dapat melakukan aktivitas yang bersifat umum seperti jual-beli dan sebagainya, dengan syarat begitu ia selesai melakukan aktivitasnya hendaknya ia segera kembali hidup bersama kaum wanita atau mahram-mahram-nya.

Ketujuh, Islam sangat menjaga agar hubungan kerjasama antara pria dan wanita hendaknya bersifat umum dalam urusan-urusan muamalat; bukan hubungan yang bersifat khusus seperti saling mengunjungi antara wanita dengan pria yang bukan mahram-nya atau keluar bersama untuk berdarmawisata. Sebab, kerjasama antar keduanya bertujuan agar wanita mendapatkan apa yang menjadi hakhaknya dan kemaslahatannya, di samping agar mereka melaksanakan apa yang menjadi kewajiban-kewajibannya.

Dengan hukum-hukum ini, Islam dapat menjaga interaksi pria dan wanita, sehingga tidak menjadi interaksi yang mengarah pada hubungan lawan jenis atau hubungan yang bersifat seksual.

Diakhir tulisan saya akan memberikan beberapa hal yang hendaknya menjadi renungan bagi kaum wanita. Dengan tanpa mengurangi rasa hormat :

1. “wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya telanjang, melenggak-lenggokan kepala karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala-kepala mereka seperti punuk unta. Mereka tidak akan pernah masuk surga dan tidak akan pernah mencium wanginya surga. Padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian” (HR. Muslim dan Ahmad)

2. “Aku melihat kedalam surga, maka kebanyakan penduduknya adalah fuqara(orang-orang fakir) dan aku melihat kedalam neraka, maka kebanyakan penduduknya adalah wanita”. (HR Bukhari dan Muslim)

3. Ketika Rasulullah Saw dan para sahabat melakukan shalat gerhana matahari dengan sangat panjang, beliau melihat surga dan neraka. Saat melihat neraka, beliau bersabda : “ Tidak pernah aku melihat pemandangan ini sebelumnya. Aku melihat kebanyakan penduduk neraka adalah kaum wanita.”
Sahabat bertanya : “Mengapa demikian wahai rasulullah?" Beliau menjawab: “karena kekufuran mereka.” Kemudian para sahabat bertanya lagi :”Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab : “mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah satu diantara mereka selama waktu yang panjang, kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai), niscaya dia akan berkata : “ Aku tidak pernah melihat sedikutpun kebaikan pada dirimu”(HR Bukhari )


Sekian dulu yah, mohon maaf bila adala hal yang salah dan menyinggung..

Diatas adalah memang apa adanya, dan memangsungguh sulit aplikasinya..

Karena saya penuh akan ketidak tahuan dan kelemahan..

Semoga kita senantiasa dirahmati Allah

Wassalamualaikum warah matullah

Indahnya Alam Pulau Dewata

Indahnya Alam Pulau Dewata
pantai padang-padang yang tenang, akankah ketenangan ini dirusak oleh keburukan manusia, berlakulah baik pada alam kita